Showing posts with label burger. Show all posts
Showing posts with label burger. Show all posts

Monday, December 1, 2008

Resep Roti Burger

Express Your Love, A Gift for Special Person on Christmas is a Good Idea, and Show Your Beauty



kiriman: Ny. Upi Cahyadi, Flores.

Bahan resep:
Tepung terigu tinggi protein/ hard wheat / cap cakra 2 kg.
Ragi instan 25 gram.
Gula pasir 230 gram.
Mentega / margarin 160 gram.
Susu bubuk 60 gram.
Air es 1200 ml.
Garam halus 25 gram.

Olesan resep: susu tawar cair 60 ml.

Isi:
Daging burger 56 buah siap beli, goreng dengan margarin.
Bawang bombay 150 gram, potong membulat.
Daun selada 200 gram.
Ketimun 150 gram, potong-potong.
Tomat 5 buah, potong membulat.
Saus tomat 150 ml.
Mayonaise 150 gram.
Saus sambal 100 ml.

Cara membuat resep ini:
1. Campur berbagai resep ini: tepung terigu, ragi instan, gula pasir susu bubuk dan garam halus. Aduk rata. Masukkan resep adonan ke dalam mangkuk mixer roti / mangkok adonan.

2. Masukkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan kecepatan 2. Tambahkan mentega/margarin, aduk kembali selama 12 menit atau hingga resep adonan kalis. Pengadukan bisa dilakukan secara manual dengan tangan hingga resep adonan kalis.

3. Potong dan timbang resep adonan masing-masing seberat 60 gram. Bulatkan dan fermentasikan selama 10 menit.

4. Kempeskan resep adonan dan giling. Bentuk menjadi bulatan-bulatan. Atur di dalam loyang datar / loyang burger beroles margarin. Biarkan mengembang selama 15 menit, kempeskan dengan cara menekan permukaan bulatan adonan.

5. Biarkan mengembang lagi selama 50 menit. Olesi permukaanya dengan susu tawar cair.

6. Panggang resep adonan di dalam oven bertemperatur 220 derajat selama 20 menit atau hinggga matang dan berwarna kuning kecokelatan. Angkat, dinginkan.

7. Potong salah satu sisi roti burger. Masukkan satu lembar margarin, potongan timun, bawang bombay, tomat, mayones, saus tomat dan saus sambal. Tutup dengan belahan roti yang lain. Kemas dalam plastik / kotak karton. Burger isi siap dipasarkan.

Resep ini untuk 60 buah

Tips:
Roti burger juga bisa diisi dengan salad, tumisan ayam cincang maupun nugget ikan.***

---------------------------------------
source: Tabloid Lezat

===============================================================

Planning Dinner

Cooking dinner is part of most of our lives. Some of us enjoy it while others do it out of necessity. Whether we enjoy cooking or not, for most of us, deciding what to make for dinner can be the hardest part of preparing the meal.

When I was a young mother, I remember dreading the four o'clock hour as it came around when I still had not decided what to fix for dinner. Sometimes the kids would ask, "What's for dinner?" as that time of day approached. In frustration I would contemplate making macaroni and cheese with hot dogs, again. When it came to preparing meals, sometimes I wished I didn't have so many choices. I wanted the decision to already be made; we are having _ for dinner, then I would not have to think about it anymore, I would just do it.

I remember seeing my sister browse through cookbooks for hours when we were teenagers. She loves to cook. She would read out a recipe to me then say "Doesn't that sound yummy?" I'm sure I looked back at her with black stares as I thought to myself, "how does she know if something tastes good without trying it first?" My sister seems to know instinctively how to adjust recipes to make them taste even better, leaving out this ingredient or that, then adding more of this, etc. I am one who has to follow the recipe exactly as it is written. I only have to imagine the ruined meal if I were to try to change something.

Cookbooks are helpful but they rarely include the complete meal put together. I like knowing what side dishes go well with a main dish. I also want a week of meals to be well balanced. Often cookbooks are grouped by same foods. I might see a meatloaf recipe next to beef stroganoff, which is next to a beef stir-fry, then beef stew, and hamburger, etc. I don't like spending time browsing through cookbooks flipping back and forth from category to category.

A problem I have run into several times when following a recipe is when it calls for an obscure ingredient. On occasion I have wondered the grocery store isles looking for an ingredient listed from a recipe. Being uncertain of leaving the ingredient out, fearing it would alter the outcome of the meal negatively, I would pace the store isles searching for the item, asking store clerks who usually shook their head stating they didn't know what it was or where it would be located. It's not that I reject the idea of new or different ingredients, but I don't appreciate searching the store for something, which isn't even available at a regular grocery store.

One of the reasons cooking meals seems worth it to me is because I love having my family sit down together for dinner. It is always nice to hear my children conversing with one another and having that family time together. Even after I have asked my children how their day went when they return home from school, they give me a small report but for some reason much more information comes out at the dinner table while we are eating together. It never ceases to amaze me.

I noticed when we buy fast food, we rarely sit down together to eat it. We each take our food and go to various rooms in the house to eat. But when I prepare a cooked dinner, we all sit down together at the table to eat, then the conversation starts flowing.

We each have our own talents in life, and I recognize cooking is not one of mine. When something does not come easy to me, I can acknowledge I need help. For me, that help is having a weekly dinner menu plan with well-balanced meals, delicious recipes and a shopping list. Now I enjoy cooking dinner instead of feeling it's such a chore. ***

------------------------------------------------
by Kim Krueger
About the author: Kimberly Krueger is the Owner/President and CEO of LettucePlan4u, an online menu planner. For more information about menu planning, recipes and a grocery-shopping list, go to www.LettucePlan4u.com.

Sunday, November 30, 2008

Artikel: Edam Burger: Kualitas Istimewa Harga Kaki Lima

Edam Burger: Kualitas Istimewa Harga Kaki Lima
kiriman: Ibu Jamaal, Jembaran.


Berjuang menakhlukkan ibu kota Jakarta memang tidaklah mudah. Terlebih bagi seorang pendatang dari daerah seperti Made Ngurah Bagiana yang hanya mengandalkan ijazah STM jurusan Bangunan. Tapi berkat keuletannya dan semangatnya untuk mengubah hidup, akhirnya Made pun meraih kesuksesan sebagai pengusaha Burger bernama Edam Burger.

Awal tahun 1976, seorang Ade Ngurah Bagiana yang putra asli Bali, mencoba mengadu peruntungannya. Namun selama setahun ia sempat luntang-lantung tanpa pekerjaan. Beruntung, ia masih ditampung tinggal bersama dengan kakaknya yang telah terlebih dahulu tinggal di Jakarta. Selama setahun itulah masa-masa bagi Made untuk beradaptasi dan mulai mengenal lingkungannya.

Setahun masa beradaptasi, Made pun mulai mencoba bekerja sebagai kondektur bus PPD. Saat itu ia tidak lagi tinggal bersama kakaknya, namun lebih memilih menumpang dengan temannya, dengan catatan Made lah yang harus melakukan pekerjaan sehari-hari seperti memasak, mencuci, serta membersihkan kamar kos berukuran 2 x 3 meter. Dengan mengumpulkan penghasilannya sebagai kondektur bus, Made berusaha mendaftar kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas jakarta pada tahun 1978. Kesulitan biayalah yang membuat kuliah Made terbengkalai.

Pada tanggal 25 Desember 1985, ia pun meminang seorang gadis Bali bernama Made Arsani Dewi. Untuk menghidupi keluarga kecilnya, Made pun bekerja serabutan sebagai seorang kuli bangunan dan jjuga sebagai sopir angkutan umum. Bahkan ia pun sempat memiliki sebuah rumah mungil sendiri. Namun belakangan, kondisi ekonomi keluarga Made memburuk, sehingga ia harus menjual rumahnya. Sejak saat itu, Made pun mulai bekerja serabutan lagi sebagai sopir, penjual telur bahkan pernah juga Made menekuni usaha kerajinan Bali.

Dengan modal seadanya, Made pun mulai melirik usaha di bidang resep kuliner dengan membuka sebuah warung makan warteg, hingga pada awal tahun 1990, seorang familinya berniat menjual gerobak roti burgernya seharga Rp. 1,5 juta. Naluri bisnisnya mulai tertantang saat itu untuk berganti usaha baru dari warung tegal yang kurang begitu laku menjadi pedagang roti burger. Karena modal yang pas-pasan, akhirnya Made pun terpaksa menjual perhiasan milik istri tercintanya untuk membeli gerobak burger.

Dengan modal gerobak sepeda itulah akhirnya made mulai menjajakan burger yang ia beri nama Lovina, sebuah nama pantai di kawasan Singaraja Bali. Awalnya penjualan burger tidak begitu bagus, mengingat burger termasuk makanan mewah saat itu. Pelan tapi pasti, burger made pun mulai dilirik pembeli, karena selain rasanya yang enak harganya pun juga sangat terjangkau.

Ternyata kerja keras dan kegigihannya memasarkan burger Lovina membawa hasil. Hanya dalam kurun waktu enam bulan saja, gerobak burgernya bertambah menjadi 60 gerobak, sehingga banyak tenaga kerja yang teserap melalui usaha burgernya.

Produksi Bahan Baku Sendiri
Semakin lama, usaha burgernya semakin berkembang. Untuk menekan harga jual, akhirnya Made berinisiatif membuat sendiri roti untuk burgernya. "Ternyata membuat roti itu tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga tidak mahal. karena itulah saya memilih membuat roti sendiri, sehingga kita bisa menekan harga jual burger agar tetap murah," terang pira kelahiran Singaraja Bali, 1956 itu.

Pada tahun 1995, sebuah pabrik roti pun telah berdiri dan siap mensuplai seluruh kebutuhan gerai burger miliknya. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dagingnya, Made bekerja sama dengan pengusaha Bob Sadino yang memiliki brand kemfoods sebagai supplier daging asap dan sosis khusus pesanan made. Dari Bob Sadino lah nama Burger Lovina kemudian diubah menjadi Edam Burger, yang ternyata membawa kesuksesan lebh bagus bagi usaha burger Made. Karena namanya yang singkat dan mudah diingat membuat orang lebih gampang mengenal Edam Burger.

Burger Murah dan Lezat
Dengan memproduksi sendiri roti sebagai resep bahan baku utamanya, Edam Burger dapat terus berkembang di tengah kian menjamurnya usaha burger serupa. Bayangkan saja, untuk menyantap burger ukuran standard kita hanya cukup merogoh kocek Rp. 5000 saja, sementara di tempat lain bisa dijual hingga tiga kali lipatnya. Rasanya pun tak perlu diragukan lagi, karena selain rotinya yang lembut, dagingnya pun juga gurih dan empuk.

Menu yang tersedia di outlet Edam burger juga sengat beragam, ada beef Burger seharga Rp. 5.500 , Chees Burger Rp. 6000 dan lain-lain.
Selain berger juga tersedia menu lainnya seperti anake spaghetti dan steak. Sedangkan untuk steaknya juga dijual dengan harga sangat murah. Tersedia juga makanan berat seperti nasi goreng.

Untuk menemani bersantap tersedia aneke minuman ringan dan aneka jus buah segar yang harganya juga sangat bersahabat bagi kantong semua orang. Tak salah bila pelanggannya terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari para pelajar dan mahasiswa hingga orang-orang kantoran dan berdasi.

"Kita tidak mau mengejar untung yang besar, tapi cukup untung kecil saja. Misalnya kita ngejar untung Rp. 10000 sehari kali 1000 orang, nah cukup nunggu 1000 hari saja akan untungnya sudah milyaran. Itu prinsip saya. Kalau itu saja sudah cukup, ngapain ngejar yang lebih," katanya berbagi prinsip.

Hingga saat ini, Edam burger telah memilki 3000 lebih jaringan gerai burger yang tersebar di berbagai koa besar di Indonesia. Pabrik rotinya pun juga tersebar di 14 kota besar di Indonesia. Sedangkan kantor pusat Edam Burger sendiri berada di Jl. Malaka raya no. 84 & 122 Perumnas Kleder jakarta Timur.

Pola Kemitraan dengan BLU
Tak bisa dipungkiri bahwa kesuksesan Edam Burger hingga merambah ke berbagai kota di Indonesai tak lepas dai pola kemitraan yang dijalaninya hingga memiliki 3000 lebih gerai burger. Kemudahan sistem kerjasama tanpa adanya pembagian hasil atau royalty fee kepada pihak Edam Burger, membuat banyak mitra usaha berminat bekerja sama dengan Edam Burger. Pola kemitraan ini disebut Made sebagai pola BLU alias Bantuan Langsung Usaha. Sehingga keuntungan yang didapat dari Made hanyalah dari pasokan bahan baku yang disuplainya ke seluruh gerai yang menjadi mitra usahanya.

Dengan hanya bermodalkan sekitar Rp. 2,5 juta untuk gerai dan belanja paket produk perdana Burger senilai Rp. 223.750 saja, kita sudah bisa langsung menjadi pengusaha burger sendiri tanpa ada kewajiban membayar royalty fee.
"Kalau pemerintah mempunyai program BLT (Bantuan Langsung tunai), pakai uang negara, tapi kalau saya punya progeram BLU alias Bantuan Langsung Usaha yang uangnya dari keringat saya sendiri. Jadi orang yang punya usaha tapi tidak punya modal, kita sediakan sarananya. Makanya bisa dibilang saya ini usaha bukannya mencari untung tapi malah mencari rugi. Tapi saya malah senang, karena menurut saya kesuksesan adalah bisa memberikan manfaat bagi orang lain, ungkapnya.

Made pun tidak pernah merasa khawatir bila usahanya suatu saat ditiru oleh orang lain. Ia justru merasa senang bila bisa menginspirasi orang lain untuk bisa meraih sukses seperti dirinya. "Usaha apapun kalau sudah sukses pasti akan ditiru. Nggak apa-apa, seorang made kan nggak bisa sendirian mengenalkan makanan burger ke seluruh masyarakat di Indonesia, perlu bantuan orang lain. Jadi saya tidak hanya mengejar keuntungan secara materi saja, tapi secara sosial saya juga diuntungkan karena bisa bermanfaat bagi orang lain. Bagitu juga dari yang di Atas, Allah juga akan melihat niat kita. Itu juga keuntungan tersendiri buat saya," paparnya bijak.

Mendapat Berbagai Penghargaan
Sikap yang bersahaja, serta pola berpikirnya yang selalu ingin memberikan kontribusi kepada orang lain dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya melalui usaha Edam Burger miliknya, membuat Made Ngurah Bagiana sering diminta untuk menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan workshop tentang kewirausahawan. Made yang hanya mengantongi ijazah STM, tak jarang diundang sebagai pembicara yag para pesertanya adalah para pengusaha dan manager serta para pejabat pemerintah.

Berkat kerja kerasnya, sehingga memotivasi banyak orang untuk mengikuti jejak suksesnya, Made pun dianugerahi penghargaan sebagai "insprifing people" oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamshah pada bulan April 2006.

Tak terhitung lagi berbagai pernghargaan yan diterimanya dari instansi lain, baik intansi pemerintah maupun swasta atas dedikasinya mengembangkan kewirausahaan serta memberdayakan usaha kecil dan menengah di Indonesia. ***Ari W

--------------------------------------------------------
source: Tabloid Lezat

Klenger Burger: Rasanya Sangat indonesia


Klenger Burger: Rasanya Sangat indonesia
kirman: Bu Norma W, Panam - Pekanbaru

Teknologi dan kemajuan jaman, hampir merambah semua negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang. Perubahan dan kemajuan itu tentu saja membawa perubahan juga pada gaya hidup dan kebutuhan masyarakatnya yang menginginkan segala sesuatunya serba praktis dan cepat. Termasuk kebutuhan untuk menyantap makanan yang praktis, cepat, sehat dan mengenyangkan tanpa mengesampingkan gaya hidup yang menjadi satu bagian tak terpisahkan. Salah satunya adalah burger.

Makanan yang berbau kebarat-baratan seperti bugrger atau orang sering menyabutnya sebagai hamburger, kini sudah bukan makanan mewah lagi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. di Jakarta misalnya, hapir di setiap sudut pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran bisa kita temui outlet-outlet yang menjual burger, makanan yang identik dengan prestise dan gaya hidup anak-anak muda zaman sekarang.

Menyebut nama burger, pasti sebagian besar warga ibu kota Jakarta sudah tidak asing dengan nama Klenger Burger. Salah satu pioneer makanan fast food di Jakarta. Klenger Burger terkenal di kalangan anak-anak muda karena selain memiliki cita rasa yang sangat Indonesia, juga namanya yang unik dan mudah diingat. Berawal dari usaha mendirikan sebuah restoran Sunda, pemilik dan pendiri klenger Burger yakni sepasang suami istri, Velly Kristanti (34) dan Gatut Cahyadi (34) akhirnya banting setir dan membuka outlet burger pada bulan Februari 2006. Dengan pertimbangan bahwa memasak makanan tradisional resep Sunda memerlukan waktu yang cukup lama dan kurang praktis, sehingga Velly dan Gatut akhirnya memutuskan untuk membuka usaha fast food. Dan pilihannya jatuh pada resep burger, makanan cepat saji yang cukup praktis, enak, mengenyangkan, serta menjadi bagian dari gaya hidup anak-anak muda zaman sekarang.

"Dulunya membuka usaha restoran dengan makanan tradisional resep Sunda. Tapi makanan resep sunda kan kurang praktis dan perlu waktu lama dari memasak hingga penyajiannya, sehingga saya dan suami saya berfikir kenapa nggak memilih makanan yang bisa dimakan setiap saat, praktis dan mengikuti gaya hidup anak-anak muda zaman sekarang," tutrnya saat ditemui di salah satu outlet Klenger Burger di Jl. Cipaku I no. 45 Jakarta Selatan.

Dengan modal seadanya sisa usaha restoran Sunda, ahkirnya dibukalah sebuah outlet kacil Klenger Burger yang menempati lahan bekas usaha restonya. "Waktu itu dengan modal seadanya saja, karena modalnya sudah habis buat bikin restoran Sunda. Tapi karena kepepet, akhirnya kita berusaha bikin usaha burger, dengan manfaatin sisa modal yang ada, lahannya pun juga menempati bekas restoran Sunda dengan hanya membuat sebuah outlet kecil di kawasan Pekayon yang sekarang sudah menjadi gudang kita. Awalnya ngalir aja tapi lama-.lama banyak juga peminatnya," kata wanita yang pernah bekerja di advertising sebuah perusahaan di Jakarta.

Persaingan yang sehat
Seiring dengan berjalannya waktu, Klenger Burger semakin berkembang sehingga yang semula haya sebuah outlet kecil yang menempati lahan bekas restoran Sunda, dalam kurun waktu satu tahun saja langsung berkembang hingga 38 outlet. Ternyata, kesuksesan Klenger Burger diikuti oleh pengusaha makanan yang lain dengan membuka outlet burger, sehingga semakin banyak brand-brand baru burger.

Bahkan, banyak yang mencoba meniru logo Klenger Burger hingga memasang foto Klenger Burger. Namun, Velly justru merasa tidak tersaingi sedikitpun, karena ia merasa persaingan yang sehat justru akan semakin meningkatkan kulatisa burgernya. Di tengah persaingan usaha burger yang semakin ramai, Klenger Burger semakin melebarkan sayapnya hingga kini telah meiliki 55 outlet yang tersebar di wilyah jabodetabek, Bandung, Bali, Surabaya dan Malang. Bahkan sampai akhir tahun ini, masih akan ada beberapa cabang baru lagi di beberapa kota besar di Indonesia.

"Waktu itu yang bikin usaha burger belum terlalu banyak, tapi sekarang sudah banyak. Tapi bagus yah buat kita, karena kan sekalian koreksi diri juga. Memang bagus ada kompetisi, jadi kita bisa belajar juga," kata wanita yang juga aktif sebagai pembicara berbagai workshop tentang enterpreneurship.

Kelebihan Klenger Burger.
Nama Klenger Burger memang mudah sekali mendapat tempat di hati para penikmat burger. Karena selain mengandalkan cita rasa burger-nya yang sangat Indonesia dari segi resep bumbunya, juga nama Klenger sendiri sangat mudah diingat orang. Klenger sendiri diambil dari Bahasa Jawa, yang artinya makan sampai kenyang tapi tetap bikin orang ketagihan untuk mencobanya lagi. Dengan filosofi itulah ahkirnya nama Klenger dipatenkan menjadi brand burger miliknya.

"Kenapa Klenger, karena suami saya orang Jawa. Jadi di Jawa itu, kalau makan sampai kenyang tapi bikin ketagihan, namanya makan sampai klenger. Makanya kita memilih naman Klenger Burger," ungkapnya.

Keistimewaan Klenger Burger terletak pada daging dan rotinya yang empuk, serta resep bumbunya yang disesuaikan dengan lidah orang indonesia. Velly dan Gatot telah meracik resep bumbu burger yang sangat khas melalui riset yang cukup lama. Selain itu, porsinya pun cukup membuat orang yang makan sampai merasa klenger karena kenyang.

Untuk mencari outlet klenger burger sendiri tidaklah sulit, karena lokasinya selalu dekat dengan perumahan, perkantoran dan tempat-tempat hang out anak-anak muda.
Untuk tetap bertahan di tengah maraknya bisnis serupa, Klenger Burger terus melakukan inosasi baik dari segi menu maupun kulaitas pelayanannya. Termasuk menyediakan jasa pesan antar untuk area tertentu. ***

-----------------------------------------
source: Tabloid Lezat